Kuparkir sepeda Ocha disamping pohon mangga. Aku dan Ocha bertukar sepeda hari ini. Entah mengapa Ocha memohon kepadaku untuk bertukar sepeda. Kebetulan sepeda kami sangat mirip. Aku tiba terlebih dahulu di toko buku. Hari itu kami akan membeli buku baru untuk perpustakaan yang kami berdua kelola. Kami selalu menyisihkan uang sewa untuk membeli buku baru, kadang kami juga menyisihkan uang jajan untuk membeli buku. Aku menunggu Ocha sejenak sebelum masuk ke toko buku.
Setengah jam rasanya aku menunggu Ocha. Ku telepon handphonenya juga tidak diangkat. Telepon rumah juga tak ada yang menyahut. Akhirnya dengan cemas, aku menelusuri jalan yang kulewati tadi. Sampai di rumahku pun tak ada tanda-tanda Ocha. Ocha selalu berpesan, jika dia terlambat datang, mungkin dia ada urusan sebentar dan dia menyuruhku untuk masuk membeli buku terlebih dulu. Aku pun kembali ke toko buku dan mulai memilih…
Sriing… kunci sepeda Ocha terjatuh. Kupungut benda mungil itu sambil membayangkan dimana kira-kira pemiliknya berada. 6 Juni 1996… Oh, itu
Hup! Kuraih buku yang lumayan tinggi letaknya itu. Dengan tinggi 160 cm, aku berhasil meraih buku tersebut. Harganya Rp24.000,00 dengan tebal 113 halaman. Aku membawa uang Rp210.000,00 campuran dari uang hasil sewa buku dan uangku sendiri.
Ouw, aku sampai lupa membeli buku untuk perpustakaan. Menu untuk hari ini adalah 1 komik, 1 novel anak, 1 buku science, dan 1 buku geografi (atlas) edisi khusus. Setelah membayar semua belanjaan, aku masih berniat untuk mencari buku untukku. Aku mencari di lantai 2, mungkin saja ada sesuatu yang menarik. Bruukk! “Aoww! Jalan pake’ mata dong!” labrakku pada seorang anak sebayaku. “Hey, ga’ salah tuh?! Kamu itu yang jalan harus pake’ mata! Makanya kalau jalan itu lihat kedepan, jangan kebawah!” ucap sebuah suara milik anak laki-laki. Aku menatap wajahnya sambil naik pitam. Ingin rasanya kupukul dia! Aku terlanjur marah, akhirnya segera kutinggalkan dia.
Darahku masih agak mendidih, namun segera mendingin ketika aku menemukan sebuah novel apik yang sangat membuatku penasaran. Kubeli novel tersebut tanpa pikir panjang. Setelah itu aku pulang ke rumah mengantongi uang yang masih tersisa cukup banyak.
Aku mulai membuka mata. Aneh! Kepalaku tak pening sama sekali! Aku bahkan masih ingat kejadian tadi. “Mbak, anda sudah sadar?” ujar seorang office girl yang menjagaku. Aku hanya mengangguk dan meminta segelas air putih. Aku berada di restroom toko buku tersebut. “Tadi ada seorang teman Mbak yang laki-laki menitipkan ini untuk Mbak,” ucap pemilik suara yang bernama Kak Della sembari menyodorkan plastik putih berisi buku-bukuku yang hilang. Sambil menenangkan diri, aku melihat-lihat buku yang akan kuberikan pada Ocha…
Freddy, nama itu seperti nama kelinci Ocha yang sudah meninggal. Dalam buku itu, ada seekor kelinci putih jenis Himalayan. Hey, bukankah ini kelinci Ocha?! Aku berpikir sejenak, lalu mataku tertuju pada kertas putih di dalam plastik tempat buku-bukuku. Isinya kira-kira begini:
Hup, tiba juga akhirnya di rumah Ocha. Aku berlari ke halaman belakang Ocha. “Naah! Ketemu juga akh-“ kata-kataku tersendat. Aku tak menemukan Ocha di halaman belakang rumahnya atau pun disekitar makam Freddy. Asaku mulai putus. Kukira semua petunjuk itu mengarah pada makam Freddy. 20 Maret 2003, 6 tahun yang lalu Freddy meninggal dunia dan dikubur di halaman belakang rumah Ocha.
“Hey, koq ada es cendol disini?” kupungut segelas es cendol di dekat makam Freddy, sambil mengingat-ingat kebiasaanku dan Ocha sewaktu kecil makan es cendol di… Aku tahu!
“Wow! Hebat, si pemecah misteri berhasil memecahkan misteri pencipta misteri terhandal!” ujar Ocha terkekeh sambil menyodoriku segelas es cendol. “Yaah… Ocha, ini mah gampang!” ujarku mengentengkan. Aku tahu Ocha pasti ada di kedai Es Cendol 666 ini, karena tak bisa dipungkiri lagi semua petunjuk mengarah pada kedai ini. Freddy yang meninggal 6 tahun yang lalu adalah salah satu angka 6. Jumlah huruf nama Freddy yang berjumlah 6 juga merupakan angka 6 kedua. Tapi angka 6 ketiga aku masih bingung.
“Yang angka 6 ketiga apa, Cha?” tanyaku. “Aku
(Banyuwangi, 15 Mei 2009)
0 comments:
Posting Komentar