Minal Aidzin Wal Fa'idzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin ^^
Sabtu, 27 Agustus 2011
Kembali Fitri
Posted by Ann at 04.20 0 comments
Jumat, 26 Agustus 2011
My Heart ♡
Hey Guys, pasti kalian punya hal-hal favorit kan? Yoyose, kali ini lagi pengen bahas salah satu hal terfavorit gue, MOVIE!Ada yang tau nggak, atau peduli, atau apalah yg bikin gue seneng dikiiit gitu wQwQwQwQ, btw apa kira-kira film favorit Ann? c; Temen deket gue aja belum tentu tau looh, makanya gue mau ngasih bocoran ke kalian. Berbanggalah :D
Okeee, gue mau cerita dikit tentang film yang bikin gue nangis bombay. Ahaha, padahal pertama kali gue liat tuh film, gue, Annisaa Aulia Puspa Anggraeni, masih duduk di bangku kelas 4 SD! Wow banget kan ya--" Kalau gitu, simak sinopsis film My Heart berikut^^ :
Rachael adalah seorang gadis tomboy, enerjik, berpenampilan cuek dan penuh inisiatif, sementara Farrel , pemuda tampan, kreatif dan apa adanya. Keduanya menghabiskan masa kecil mereka bersama-sama hingga dewasa
Suatu hari disebuah toko buku, Farrel bertemu dengan seorang gadis penulis komik bernama Lunna . Farrel jatuh cinta pada pandangan pertama dan mengharapkan Rachael untuk membantunya meluluhkan hati Lunna. Tiba-tiba Rachael merasa cemburu, perasaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Lambat laun ia mengubah penampilannya menjadi feminim dengan maksud mencari perhatian Farrel
Suatu hari tanpa disengaja Rachael mendapati Farrel dan Lunna berciuman dan ia pun berlari tanpa tujuan. Akibatnya ia tertabrak dan kakinya harus diamputasi. Pada saat yang bersamaan, Lunna jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit yang sama dengan Rachael. Disanalah Rachael mengetahui betapa besar cinta Farrel kepada Lunna, dimana ia membutuhkan donor hati untuk bertahan hidup.
Rachael akhirnya bersedia mendonorkan hatinya untuk Lunna jika ia sudah meninggal. Farrel dan Lunna menikah, dan saat mereka bermain ditempat Farrel dan Rachael biasa bermain, Farrel naik keatas rumah pohon yang dibuatnya dengan Rachael dan terkejut ketika mendapati tulisan "Rachael love Farrel" disana. Farrel pun baru sadar bahwa Rachael menyukainya sejak kecil.
Film diakhiri saat Farrel menangis diatas rumah pohon itu, selagi suara Rachael menarasikan dialog terakhir dari film, bahwa dengan mendonorkan hatinya pada Lunna, Rachael bisa terus hidup sebagai hati yang peduli terhadap Farrel.
- Nirina Zubir - Rachael
- Irwansyah - Farrel
- Rachael Amanda - Rachael kecil
- Irshadi Bagas - Farrel kecil
- Acha Septriasa - Lunna
- Ari Sihasale - Ayah Lunna
- Unique Priscilla- Ibu Rachel
- 1. My Heart (Irwansyah & Acha Septriasa)
- 2. Pecinta Wanita (Irwansyah)
- 3. Kehilangan - guitar version
- 4. Sampai Menutup Mata (Acha Septriasa)
- 5. Perempuanku (Irwansyah)
- 6. Berdua Lebih Baik (Acha Septriasa)
- 7. Hari Ini, Esok Dan Seterusnya (Nirina)
- 8. My Heart - guitar version
- 9. Menghitung Hari 2 (Anda)
- 10. Kehilangan (Christina)
Kali ini, Ann yang baik hati ingin berbagi sesuatu untuk kalian pembaca setia. H0h0h0 disimak yaa!
Disini kau dan aku
C# F#m
Terbiasa bersama
B C#m
Menjalani kasih sayang
D#m G#
Bahagia kudenganmu
Am Em
Pernahkah kau menguntai
A Dm
Hari paling indah
G Am
Ku ukir nama kita berdua
B E
Disini surga kita
Reff :
Am Dm
Bila kita mencintai yg lain
G Am
Mungkin kah hati ini akan tegar
F Dm
Sebisa mungkin tak akan pernah
B E
Sayang ku akan hilang
Am Dm
If u love somebody could we be this strong
G Am
I will fight to win our love will conquer all
F
Wouldn't risk my love
Dm
Even just one night
B E
Our love will stay in my heart
My heart......
Uyeaaah, tuh gue baik kaan, dikasih chord guitarnya sekalian :p Naah, bagi kalian yang masih penasaran sama lagunya, bisa download disini.
Duileee kurang baik apa coba gue (:O Hehehe... Akhir kata, saya mohon maaf kalau menurut anda artikel ini hanya spam dan OmDo (Omong Doang) belaka. Baru pemula, masih harus buanyak belajar ._.v Tapi, terimakasih buat yang udah baca sampe akhir ({}). Ditunggu kritik, saran, THR, traktiran, PJ, dan lain-lainnya yaa :D
Buat yang mau ngasih saran atau kritik langsung, bisa mention saya di twitter @annyzaa, dengan tweets yg selalu berkicau di sebelah kanan blog ini. Thankyou so much, buddies! ♡
Posted by Ann at 06.34 0 comments
EMAIL UNTUK LENI
Becak yang aku tumpangi akhirnya sampai di depan rumah Leni. Dengan dibantu tongkat kruknya, Leni berjalan menyambutku.
“Sudah selesai mengepak barangmu, Len?” tanyaku.
Besok lusa Leni dan keluarganya akan pindah ke
“Belum. Aku masih menata buku-buku ke dalam kardus. Aku sendirian di rumah. Mamaku pegi ke rumah Bu RT dan papaku sedang ke
“Tenang, Len! Aku bantu, deh!” kataku penuh semangat.
“Terimakasih, Widya. Kamu memang temanku yang baik.”
“Len, setelah kamu tinggal di
“Tentu! Kita harus menjadi teman selamanya,” kata Leni menegaskan.
“Kalau begitu kita sering berkirim kabar lewat e-mail, ya! Kita,
“E … iya…” kata Leni dengan terbata-bata dan tersenyum masam.
Tiba-tiba, sebuah amplop melayang dan mendarat tepat di depan kakiku. Rupanya, amplop itu tadi terselip di antara buku yang sedang aku ambil dari rak.
“Len,
“Oh … ini
“Enak, ya, punya papa yang bekerja di biro pariwisata,” celetukku.
“Iya, Papa selalu mengirimi aku
“Sampai sebanyak ini?” tanyaku takjub.
“Bukan … sebagian
Tak terasa, kini sudah satu bulan Leni pindah ke
“Kok, kamu kelihatan sedih, Wid?” tanya Mama yang masuk ke kamarku.
“Widya kecewa sama Leni, Ma” ujarku hamper menangis. “Leni sama sekali tidak pernah membalas e-mail yang aku kirim,”kataku sesenggukan.
“Mungkin Leni belum sempat ke warnet,” Mama menenangkanku.
“Tapi keluarga Leni selalu berlangganan internet. Kenapa ya, Ma?” aku merasa khawatir.
“Atau mungkin Leni masih sibuk menyesuaikan diri di
Tiba-tiba, aku teringat pada surat-surat Leni yang tersimpan di dalamkotak sepatu.
“Ma, besok, tolong poskan
“Beres, anak manis. Kantor Mama,
Malamnya, aku menulis
Tiga hari kemudian, saat aku sedang menyiram bunga di halaman, “Widya, ada telepon buatmu!” terdengar teriakan Mama.
Aku berlari masuk ke dalam rumah dan menghampiri telepon di sudut ruang keluarga.
“Wid, terimakasih, ya, atas suratmu!” terdengar siuara Leni.
“Leni?! Aduh, Leni, kenapa kamu tidak pernah balas e-mail yang aku kirim?” tanyaku dengan agak kesal.
“Maafkan aku, Wid. Aku sakit tipus,” kata Leni memelas.
“ Ha… kapan?” aku tersentak kaget mendengarnya.
“Sejak seminggu yang lau. Sekarang sudah mendingan, kok.”
“Tapi, aku,
“A… ku …aku…,” Leni berusaha menceri alas an.
“Karena e-mail tidak ada perangkonya,
“Loo, kok, kamu tahu, Wid?” Leni tersentak kaget.
“Aku lihat semua amplop di dalam kotak sepatu itu sudah tidak ada perangkonya. Kamu diam-diam senang mengoleksi perangko,
“Iya, Wid. Aku memang suka koleksi perangko. Aku bisa dapat banyak pengetahuan dari perangko-perangko itu. Aku jadi tahu nama-nama bunga, binatang, pakaian adat, klub sepak bola dunia, tempat wisata, presiden, dan masih banyak lagi. Karena itu, Papa juga sering mengirimiku
“Uuuh … kenapa tidak ngomong dari dulu, Len. Bikin cemas orang saja,” kataku jengkel pada Leni. “Tahu begitu, setiap hari aku kirimi kamu
Posted by Ann at 05.13 0 comments
Labels: Cerpen
Kamis, 25 Agustus 2011
FREDDY
Kuparkir sepeda Ocha disamping pohon mangga. Aku dan Ocha bertukar sepeda hari ini. Entah mengapa Ocha memohon kepadaku untuk bertukar sepeda. Kebetulan sepeda kami sangat mirip. Aku tiba terlebih dahulu di toko buku. Hari itu kami akan membeli buku baru untuk perpustakaan yang kami berdua kelola. Kami selalu menyisihkan uang sewa untuk membeli buku baru, kadang kami juga menyisihkan uang jajan untuk membeli buku. Aku menunggu Ocha sejenak sebelum masuk ke toko buku.
Setengah jam rasanya aku menunggu Ocha. Ku telepon handphonenya juga tidak diangkat. Telepon rumah juga tak ada yang menyahut. Akhirnya dengan cemas, aku menelusuri jalan yang kulewati tadi. Sampai di rumahku pun tak ada tanda-tanda Ocha. Ocha selalu berpesan, jika dia terlambat datang, mungkin dia ada urusan sebentar dan dia menyuruhku untuk masuk membeli buku terlebih dulu. Aku pun kembali ke toko buku dan mulai memilih…
Sriing… kunci sepeda Ocha terjatuh. Kupungut benda mungil itu sambil membayangkan dimana kira-kira pemiliknya berada. 6 Juni 1996… Oh, itu
Hup! Kuraih buku yang lumayan tinggi letaknya itu. Dengan tinggi 160 cm, aku berhasil meraih buku tersebut. Harganya Rp24.000,00 dengan tebal 113 halaman. Aku membawa uang Rp210.000,00 campuran dari uang hasil sewa buku dan uangku sendiri.
Ouw, aku sampai lupa membeli buku untuk perpustakaan. Menu untuk hari ini adalah 1 komik, 1 novel anak, 1 buku science, dan 1 buku geografi (atlas) edisi khusus. Setelah membayar semua belanjaan, aku masih berniat untuk mencari buku untukku. Aku mencari di lantai 2, mungkin saja ada sesuatu yang menarik. Bruukk! “Aoww! Jalan pake’ mata dong!” labrakku pada seorang anak sebayaku. “Hey, ga’ salah tuh?! Kamu itu yang jalan harus pake’ mata! Makanya kalau jalan itu lihat kedepan, jangan kebawah!” ucap sebuah suara milik anak laki-laki. Aku menatap wajahnya sambil naik pitam. Ingin rasanya kupukul dia! Aku terlanjur marah, akhirnya segera kutinggalkan dia.
Darahku masih agak mendidih, namun segera mendingin ketika aku menemukan sebuah novel apik yang sangat membuatku penasaran. Kubeli novel tersebut tanpa pikir panjang. Setelah itu aku pulang ke rumah mengantongi uang yang masih tersisa cukup banyak.
Aku mulai membuka mata. Aneh! Kepalaku tak pening sama sekali! Aku bahkan masih ingat kejadian tadi. “Mbak, anda sudah sadar?” ujar seorang office girl yang menjagaku. Aku hanya mengangguk dan meminta segelas air putih. Aku berada di restroom toko buku tersebut. “Tadi ada seorang teman Mbak yang laki-laki menitipkan ini untuk Mbak,” ucap pemilik suara yang bernama Kak Della sembari menyodorkan plastik putih berisi buku-bukuku yang hilang. Sambil menenangkan diri, aku melihat-lihat buku yang akan kuberikan pada Ocha…
Freddy, nama itu seperti nama kelinci Ocha yang sudah meninggal. Dalam buku itu, ada seekor kelinci putih jenis Himalayan. Hey, bukankah ini kelinci Ocha?! Aku berpikir sejenak, lalu mataku tertuju pada kertas putih di dalam plastik tempat buku-bukuku. Isinya kira-kira begini:
Hup, tiba juga akhirnya di rumah Ocha. Aku berlari ke halaman belakang Ocha. “Naah! Ketemu juga akh-“ kata-kataku tersendat. Aku tak menemukan Ocha di halaman belakang rumahnya atau pun disekitar makam Freddy. Asaku mulai putus. Kukira semua petunjuk itu mengarah pada makam Freddy. 20 Maret 2003, 6 tahun yang lalu Freddy meninggal dunia dan dikubur di halaman belakang rumah Ocha.
“Hey, koq ada es cendol disini?” kupungut segelas es cendol di dekat makam Freddy, sambil mengingat-ingat kebiasaanku dan Ocha sewaktu kecil makan es cendol di… Aku tahu!
“Wow! Hebat, si pemecah misteri berhasil memecahkan misteri pencipta misteri terhandal!” ujar Ocha terkekeh sambil menyodoriku segelas es cendol. “Yaah… Ocha, ini mah gampang!” ujarku mengentengkan. Aku tahu Ocha pasti ada di kedai Es Cendol 666 ini, karena tak bisa dipungkiri lagi semua petunjuk mengarah pada kedai ini. Freddy yang meninggal 6 tahun yang lalu adalah salah satu angka 6. Jumlah huruf nama Freddy yang berjumlah 6 juga merupakan angka 6 kedua. Tapi angka 6 ketiga aku masih bingung.
“Yang angka 6 ketiga apa, Cha?” tanyaku. “Aku
(Banyuwangi, 15 Mei 2009)
Posted by Ann at 21.33 0 comments
Labels: Cerpen
SAHABAT (The Biggest Bullshit)
Sahabat adalah segalanya… Dalam suka dan duka kita selalu bersama… “Sahabat adalah yang tak meragu, selalu berbagi, selalu peduli dan saling mengerti” Aku mengerling padanya, dia malah cekikikan tiada henti. Aluna adalah panggilanku kepadanya. Tinggal 5 menit lagi ulangan matematika akan berakhir. Aku memeriksa kembali jawabanku, mungkin ada yang salah. Kali ini aku bertaruh dengan Aluna, siapa yang nilainya terbesar, akan menjadi bos selama 3 hari. Ah, aku bakal kalah telak nih! Siapa sih yang bisa mengalahkan Aluna si jago matematika itu! Yup, akhirnya waktu ulangan berakhir juga, aku langsung beranjak menuju ke kantin “Kejujuran” bersama Nay. “Nanti aku nyusul,” ujar Aluna. Aku agak cemas, nggak biasanya Aluna berlari meninggalkanku begitu saja. “Tadi sulit gak sih? Kalau kataku gak begitu tuh!” tanyaku pada Nayla. “Ya mau gimana lagi, kamu tahu kan aku paling gak bisa matematika!” jawab Nayla. Tiba-tiba Yuza datang membawa secarik kertas, “ Darah! Pekikku terkejut melihat tetesan darah di bawah kursi Aluna saat pulang sekolah. Kini aku tahu apa yang terjadi padanya. Aku segera mencarinya, ternyata dia ada di bawah pohon beringin. Aku tak langsung memanggilnya, namun kuperhatikan dia sejenak. “Sahabat adalah yang tak meragu, selalu berbagi, selalu peduli dan saling mengerti,” aku menyebutkan slogan persahabatanku dengan Aluna. Dia masih belum mau memandangku. Eh, dia malah cekikikan. “Happy birthday Za!” ujar Aluna sambil diikuti siraman tepung terigu dari belakangku. “Happy birthday!!!” ujar banyak suara dari belakangku. “Kalian ini!!!” ujarku geram. “Sahabat adalah yang tak meragu, selalu berbagi, selalu peduli dan saling mengerti, tak lupa menjahili. Hihihi!” ujar Aluna sembari menumpahiku tepung. “Sorry hari ini aku udah bohongin kamu, tapi semoga ini berkesan bagimu, peace!” ujar Aluna sambil melempariku dengan telur mentah, lalu kabur. “Aluna!!!” teriakku sambil mengejarnya.
(Banyuwangi, 21 Augustus 2009)Apapun yang terindah…
Posted by Ann at 21.07 0 comments
Labels: Cerpen
Rabu, 24 Agustus 2011
Introduction
Hay, I'm Annisaa :D
Posted by Ann at 21.06 0 comments
Labels: Me