BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Sabtu, 27 Agustus 2011

Kembali Fitri


Minal Aidzin Wal Fa'idzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin ^^


Jalan-jalan beli bakwan
Belinya jauh di Klakah
Aku minta maaf kawan
Semoga Amalan kita berkah :D

Lebaran musimnya kaftan
Sangat anggun dipakai saya^^
Mari semua bermaaf-maafan
Jangan cuma di Hari Raya

Asia itu benua
Benua itu ada lima
Aku cinta semua
Tapi tetap Allah yang utama


Ann mau mudik dulu yee, jadi bakal jarang update ^o^
Don't Miss me buddies, I'll be back ({})


sumber gambar

Jumat, 26 Agustus 2011

My Heart ♡


Hey Guys, pasti kalian punya hal-hal favorit kan? Yoyose, kali ini lagi pengen bahas salah satu hal terfavorit gue, MOVIE!Ada yang tau nggak, atau peduli, atau apalah yg bikin gue seneng dikiiit gitu wQwQwQwQ, btw apa kira-kira film favorit Ann? c; Temen deket gue aja belum tentu tau looh, makanya gue mau ngasih bocoran ke kalian. Berbanggalah :D


"Disini kau dan aku terbiasa bersama..."

Somebody knows 'bout the lyric above? Yap! My Heart ! Unyu, gue emg suka genre 'romance' gitu xD Tapi jgn salah, gue cuma suka movie yg bener2 bagoes dan menyentuh, jadi nggak semua movie bergenre tersebut apik menurut gue.
Jadi sekarang pertanyaannya, MENGAPA GUE SUKA FILM CENGENG KAYA GITU?! Jawabannya lain tak lain adalah...... Jeng jeng jeeeeng! Aktornya gantenggg! wQwQwQwQ. Eh wait, salah-salah! :p Jalan ceritanya sesuatu banget deh u,u

Random lagi arrghh! Gara2 pocong nih--" Hehe stop dah candaan garingnya^^. Seriously, dulu bisa dibilang gue masih anak bawang gitu, dan yaah, film layar tancap ttg cinta2an gitu blm terlalu menguasai otak seorang Ann (wuizz bahasanyoo). Jadi, My Heart adalah racun pertama sayoo^^ Tapi emang jalan ceritanya menyentuh bgt, menyayat hati (yang nggak punya hati aman nih :p). Jadi........ ya, emang sesuatu bgt gitu

Okeee, gue mau cerita dikit tentang film yang bikin gue nangis bombay. Ahaha, padahal pertama kali gue liat tuh film, gue, Annisaa Aulia Puspa Anggraeni, masih duduk di bangku kelas 4 SD! Wow banget kan ya--" Kalau gitu, simak sinopsis film My Heart berikut^^ :


Rachael adalah seorang gadis tomboy, enerjik, berpenampilan cuek dan penuh inisiatif, sementara Farrel , pemuda tampan, kreatif dan apa adanya. Keduanya menghabiskan masa kecil mereka bersama-sama hingga dewasa

Suatu hari disebuah toko buku, Farrel bertemu dengan seorang gadis penulis komik bernama Lunna . Farrel jatuh cinta pada pandangan pertama dan mengharapkan Rachael untuk membantunya meluluhkan hati Lunna. Tiba-tiba Rachael merasa cemburu, perasaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Lambat laun ia mengubah penampilannya menjadi feminim dengan maksud mencari perhatian Farrel

Suatu hari tanpa disengaja Rachael mendapati Farrel dan Lunna berciuman dan ia pun berlari tanpa tujuan. Akibatnya ia tertabrak dan kakinya harus diamputasi. Pada saat yang bersamaan, Lunna jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit yang sama dengan Rachael. Disanalah Rachael mengetahui betapa besar cinta Farrel kepada Lunna, dimana ia membutuhkan donor hati untuk bertahan hidup.

Rachael akhirnya bersedia mendonorkan hatinya untuk Lunna jika ia sudah meninggal. Farrel dan Lunna menikah, dan saat mereka bermain ditempat Farrel dan Rachael biasa bermain, Farrel naik keatas rumah pohon yang dibuatnya dengan Rachael dan terkejut ketika mendapati tulisan "Rachael love Farrel" disana. Farrel pun baru sadar bahwa Rachael menyukainya sejak kecil.

Film diakhiri saat Farrel menangis diatas rumah pohon itu, selagi suara Rachael menarasikan dialog terakhir dari film, bahwa dengan mendonorkan hatinya pada Lunna, Rachael bisa terus hidup sebagai hati yang peduli terhadap Farrel.

sumber klik disini
Naaaah, ngenes bgt kan T.T Bilang iya dong biar gue seneng dikiiit gitu. Hehehe, canda. Baiklah, kali ini saya akan mencantumkan beberapa hal-hal penting mengenai film My Heart (laah, bahasanya kok jadi formal ee) :

Genre : Roman
Tanggal rilis : 11 Mei 2006
Sutradara : Hanny Saputra
Penulis : Armanto
Produser : Starvision
Durasi : 125 menit
Pemeran :

Musik Oleh : Melly Goeslaw, Anto Hoed
Daftar Lagu :
  • 1. My Heart (Irwansyah & Acha Septriasa)
  • 2. Pecinta Wanita (Irwansyah)
  • 3. Kehilangan - guitar version
  • 4. Sampai Menutup Mata (Acha Septriasa)
  • 5. Perempuanku (Irwansyah)
  • 6. Berdua Lebih Baik (Acha Septriasa)
  • 7. Hari Ini, Esok Dan Seterusnya (Nirina)
  • 8. My Heart - guitar version
  • 9. Menghitung Hari 2 (Anda)
  • 10. Kehilangan (Christina)
Naah, cekidot sekedar info tentang film yang menembus raga gue yg membeku (ceileeeh). Eh tapi ada satu lagi yang bikin gue bak laksana burung mencari kawan di tengah badai~ dubidu bidu bidamn damn...... Yak sringgg~

SOUNDTRACK MY HEART!
Elo belum pernah denger lagu itu??? :O Ya Ampun boo', dari mana aja??? Soundtrack tersebut bahkan menjadi The Most Favorite Soundtrack pilihan pemirsa pada Indonesia Movie Award (IMA) 2007, mengalahkan Sunny-nya BCL dan Dealova-nya Once! WOW! (fyi: gue liat sendiri tuh ajang, sampe larut malem).

Lagu itu amat fenomenal buat gue, udah jatuh cintrong dari pendengaran pertama pokonya!!!
Ditambah lagi, gue suka bgt dengerin lagu itu pas lagi galau. Ngingetin gue pada sesuatu umh seseorang umh sebuah hal AAAAH random deh pokoknya! Yaa, faktanya sih emang bikin tambah galau. Tapi setelah dengerin alunan musiknya rasanya plong. Seriously, guys. Cobain aja deh, gabakal nyesel dah.
Kali ini, Ann yang baik hati ingin berbagi sesuatu untuk kalian pembaca setia. H0h0h0 disimak yaa!

My Heart

C#m G#m
Disini kau dan aku
C# F#m
Terbiasa bersama
B C#m
Menjalani kasih sayang
D#m G#
Bahagia kudenganmu

Am Em
Pernahkah kau menguntai
A Dm
Hari paling indah
G Am
Ku ukir nama kita berdua
B E
Disini surga kita


Reff :
Am Dm
Bila kita mencintai yg lain
G Am
Mungkin kah hati ini akan tegar
F Dm
Sebisa mungkin tak akan pernah
B E
Sayang ku akan hilang
Am Dm
If u love somebody could we be this strong
G Am
I will fight to win our love will conquer all
F
Wouldn't risk my love
Dm
Even just one night
B E
Our love will stay in my heart
My heart......

sumber

Uyeaaah, tuh gue baik kaan, dikasih chord guitarnya sekalian :p Naah, bagi kalian yang masih penasaran sama lagunya, bisa download disini.

Duileee kurang baik apa coba gue (:O Hehehe... Akhir kata, saya mohon maaf kalau menurut anda artikel ini hanya spam dan OmDo (Omong Doang) belaka. Baru pemula, masih harus buanyak belajar ._.v Tapi, terimakasih buat yang udah baca sampe akhir ({}). Ditunggu kritik, saran, THR, traktiran, PJ, dan lain-lainnya yaa :D

Buat yang mau ngasih saran atau kritik langsung, bisa mention saya di twitter @annyzaa, dengan tweets yg selalu berkicau di sebelah kanan blog ini. Thankyou so much, buddies! ♡

EMAIL UNTUK LENI

Oleh Theresia Genduk

Becak yang aku tumpangi akhirnya sampai di depan rumah Leni. Dengan dibantu tongkat kruknya, Leni berjalan menyambutku.

“Sudah selesai mengepak barangmu, Len?” tanyaku.

Besok lusa Leni dan keluarganya akan pindah ke Bandung.

“Belum. Aku masih menata buku-buku ke dalam kardus. Aku sendirian di rumah. Mamaku pegi ke rumah Bu RT dan papaku sedang ke Australia.”

“Tenang, Len! Aku bantu, deh!” kataku penuh semangat.

“Terimakasih, Widya. Kamu memang temanku yang baik.”

“Len, setelah kamu tinggal di Bandung, kita harus tetap berteman, ya,” kataku sambil mengambil buku yang masih tersusun di rak buku.

“Tentu! Kita harus menjadi teman selamanya,” kata Leni menegaskan.

“Kalau begitu kita sering berkirim kabar lewat e-mail, ya! Kita, kan, berlangganan internet di rumah.”

“E … iya…” kata Leni dengan terbata-bata dan tersenyum masam.

Tiba-tiba, sebuah amplop melayang dan mendarat tepat di depan kakiku. Rupanya, amplop itu tadi terselip di antara buku yang sedang aku ambil dari rak.

“Len, surat siapa ini?” kataku sambil memberikan amplop itu pada Leni.

“Oh … ini surat dari papaku waktu pergi ke Venesia,” kata Leni sambil mengamati amplop surat itu. Leni lalu mengambil sebuah kotak sepatu di rak. Ia memasukkan amplo[p itu ke dalam kotak yang tampak berisi banyak amplop surat.

“Enak, ya, punya papa yang bekerja di biro pariwisata,” celetukku.

“Iya, Papa selalu mengirimi aku surat setiap kali berada di luar negeri.”

“Sampai sebanyak ini?” tanyaku takjub.

“Bukan … sebagian surat ini dari teman-temanku di berbagai daerah. Dua tahun yang laluketika kaki kananku diamputasi karena kecelakaan, mereka mengirimiku surat tanda simpati,” kata Leni sambil menunjukkan beberapa surat.

Tak terasa, kini sudah satu bulan Leni pindah ke Bandung. Aku sering mengiriminya e-mail. Namun, semua e-mail itu tidak penah dibalas Leni.

“Kok, kamu kelihatan sedih, Wid?” tanya Mama yang masuk ke kamarku.

“Widya kecewa sama Leni, Ma” ujarku hamper menangis. “Leni sama sekali tidak pernah membalas e-mail yang aku kirim,”kataku sesenggukan.

“Mungkin Leni belum sempat ke warnet,” Mama menenangkanku.

“Tapi keluarga Leni selalu berlangganan internet. Kenapa ya, Ma?” aku merasa khawatir.

“Atau mungkin Leni masih sibuk menyesuaikan diri di sana. Kita berdo’a saja, semoga tidak terjadi hal buruk padanya.” Mama memelukku.

Tiba-tiba, aku teringat pada surat-surat Leni yang tersimpan di dalamkotak sepatu.

“Ma, besok, tolong poskan surat Widya buat Leni, ya, Ma.”

“Beres, anak manis. Kantor Mama, kan, dekat kantor pos.”

Malamnya, aku menulis surat buat Leni. Surat itu lalu aku titipkan pada Mama untuk dipos.

Tiga hari kemudian, saat aku sedang menyiram bunga di halaman, “Widya, ada telepon buatmu!” terdengar teriakan Mama.

Aku berlari masuk ke dalam rumah dan menghampiri telepon di sudut ruang keluarga.

“Wid, terimakasih, ya, atas suratmu!” terdengar siuara Leni.

“Leni?! Aduh, Leni, kenapa kamu tidak pernah balas e-mail yang aku kirim?” tanyaku dengan agak kesal.

“Maafkan aku, Wid. Aku sakit tipus,” kata Leni memelas.

“ Ha… kapan?” aku tersentak kaget mendengarnya.

“Sejak seminggu yang lau. Sekarang sudah mendingan, kok.”

“Tapi, aku, kan, mengirimimu email setiap hari, sejak satu bulan yang lalu.”

“A… ku …aku…,” Leni berusaha menceri alas an.

“Karena e-mail tidak ada perangkonya, kan, Len?” selidikku pada Leni.

“Loo, kok, kamu tahu, Wid?” Leni tersentak kaget.

“Aku lihat semua amplop di dalam kotak sepatu itu sudah tidak ada perangkonya. Kamu diam-diam senang mengoleksi perangko, kan?”

“Iya, Wid. Aku memang suka koleksi perangko. Aku bisa dapat banyak pengetahuan dari perangko-perangko itu. Aku jadi tahu nama-nama bunga, binatang, pakaian adat, klub sepak bola dunia, tempat wisata, presiden, dan masih banyak lagi. Karena itu, Papa juga sering mengirimiku surat setiap pergi ke luar negeri. Tapi … aku sedih, karena teman-temanku sekarang lebih suka mengirimiku e-mail. Aku jadi tidak bisa mengoleksi perangko dari dari negara sendiri.”

“Uuuh … kenapa tidak ngomong dari dulu, Len. Bikin cemas orang saja,” kataku jengkel pada Leni. “Tahu begitu, setiap hari aku kirimi kamu surat!”

Leni tertawa lepas mendengar komentarku. “Sori, Wid! E-mail-mu juga akan kubalas, deh!”


Sumber : Majalah Bobo #XXXVII# Edisi 17

Kamis, 25 Agustus 2011

FREDDY

Kuparkir sepeda Ocha disamping pohon mangga. Aku dan Ocha bertukar sepeda hari ini. Entah mengapa Ocha memohon kepadaku untuk bertukar sepeda. Kebetulan sepeda kami sangat mirip. Aku tiba terlebih dahulu di toko buku. Hari itu kami akan membeli buku baru untuk perpustakaan yang kami berdua kelola. Kami selalu menyisihkan uang sewa untuk membeli buku baru, kadang kami juga menyisihkan uang jajan untuk membeli buku. Aku menunggu Ocha sejenak sebelum masuk ke toko buku.

Setengah jam rasanya aku menunggu Ocha. Ku telepon handphonenya juga tidak diangkat. Telepon rumah juga tak ada yang menyahut. Akhirnya dengan cemas, aku menelusuri jalan yang kulewati tadi. Sampai di rumahku pun tak ada tanda-tanda Ocha. Ocha selalu berpesan, jika dia terlambat datang, mungkin dia ada urusan sebentar dan dia menyuruhku untuk masuk membeli buku terlebih dulu. Aku pun kembali ke toko buku dan mulai memilih…

Sriing… kunci sepeda Ocha terjatuh. Kupungut benda mungil itu sambil membayangkan dimana kira-kira pemiliknya berada. 6 Juni 1996… Oh, itu kan tanggal lahir Ocha! Aku mengingat-ingat tanggal berapa sekarang. 20 Maret 2009, dan seingatku tak ada yang berulang tahun sekarang. Tapi sekarang pasti ada yang lahir dan yang meninggal dunia. Oh ya! Ocha menyuruhku mengingatkannya untuk membeli buku panduan merawat hewan peliharaan karangan Sonya Muuttaharee, seorang penulis yang namanya hampir sama dengan namaku, Sonya Allegia Mutahira.

Hup! Kuraih buku yang lumayan tinggi letaknya itu. Dengan tinggi 160 cm, aku berhasil meraih buku tersebut. Harganya Rp24.000,00 dengan tebal 113 halaman. Aku membawa uang Rp210.000,00 campuran dari uang hasil sewa buku dan uangku sendiri. Karena Ocha adalah sahabat baikku, aku pun membelikannya buku tersebut. Uangku murni Rp100.000,00, dan kini tinggal Rp76.000,00. Aku masih bingung Ocha kemana kira-kira. Aku menjadi merasa bersalah karena selalu meninggalkannya agar menang lomba bersepeda.

Ouw, aku sampai lupa membeli buku untuk perpustakaan. Menu untuk hari ini adalah 1 komik, 1 novel anak, 1 buku science, dan 1 buku geografi (atlas) edisi khusus. Setelah membayar semua belanjaan, aku masih berniat untuk mencari buku untukku. Aku mencari di lantai 2, mungkin saja ada sesuatu yang menarik. Bruukk! “Aoww! Jalan pake’ mata dong!” labrakku pada seorang anak sebayaku. “Hey, ga’ salah tuh?! Kamu itu yang jalan harus pake’ mata! Makanya kalau jalan itu lihat kedepan, jangan kebawah!” ucap sebuah suara milik anak laki-laki. Aku menatap wajahnya sambil naik pitam. Ingin rasanya kupukul dia! Aku terlanjur marah, akhirnya segera kutinggalkan dia.

Darahku masih agak mendidih, namun segera mendingin ketika aku menemukan sebuah novel apik yang sangat membuatku penasaran. Kubeli novel tersebut tanpa pikir panjang. Setelah itu aku pulang ke rumah mengantongi uang yang masih tersisa cukup banyak. Di tempat parkir sepeda, aku melihat anak kucing lucu. Ingin rasanya aku segera menunjukkan pada Ocha buku yang baru aku beli untuknya. “Lho? Bukuku mana?” ucapku bingung. Oh! Mungkin terjatuh waktu aku bertabrakan dengan anak laki-laki itu! Aku berlari menuju lantai 2, tapi bukuku tak ada. Satpam di sana pun tak tahu menahu. “Hey!” ujar sebuah suara menepuk bahuku. Kulihat wajah pemilik suara itu dan aku tak ingat apa-apa lagi…

Aku mulai membuka mata. Aneh! Kepalaku tak pening sama sekali! Aku bahkan masih ingat kejadian tadi. “Mbak, anda sudah sadar?” ujar seorang office girl yang menjagaku. Aku hanya mengangguk dan meminta segelas air putih. Aku berada di restroom toko buku tersebut. “Tadi ada seorang teman Mbak yang laki-laki menitipkan ini untuk Mbak,” ucap pemilik suara yang bernama Kak Della sembari menyodorkan plastik putih berisi buku-bukuku yang hilang. Sambil menenangkan diri, aku melihat-lihat buku yang akan kuberikan pada Ocha…

Freddy, nama itu seperti nama kelinci Ocha yang sudah meninggal. Dalam buku itu, ada seekor kelinci putih jenis Himalayan. Hey, bukankah ini kelinci Ocha?! Aku berpikir sejenak, lalu mataku tertuju pada kertas putih di dalam plastik tempat buku-bukuku. Isinya kira-kira begini: Untuk Sonya, aku minta ,maaf ya. Dari Freddy. Hah! Tak salah lagi! Aku tahu sudah dimana Ocha berada! 20 Maret 2009, Buku panduan merawat hewan peliharaan, serta Freddy. Kalau semua digabungkan menjadi…

Hup, tiba juga akhirnya di rumah Ocha. Aku berlari ke halaman belakang Ocha. “Naah! Ketemu juga akh-“ kata-kataku tersendat. Aku tak menemukan Ocha di halaman belakang rumahnya atau pun disekitar makam Freddy. Asaku mulai putus. Kukira semua petunjuk itu mengarah pada makam Freddy. 20 Maret 2003, 6 tahun yang lalu Freddy meninggal dunia dan dikubur di halaman belakang rumah Ocha. Dan ku kira, Ocha disini…

“Hey, koq ada es cendol disini?” kupungut segelas es cendol di dekat makam Freddy, sambil mengingat-ingat kebiasaanku dan Ocha sewaktu kecil makan es cendol di… Aku tahu! Dan sekarang aku yakin sekali Ocha ada disana, sebab tak mungkin lagi perkiraanku meleset, kecuali Ocha segera meninggalkan tempat tersebut karena kesal terlalu lama menungguku.

“Wow! Hebat, si pemecah misteri berhasil memecahkan misteri pencipta misteri terhandal!” ujar Ocha terkekeh sambil menyodoriku segelas es cendol. “Yaah… Ocha, ini mah gampang!” ujarku mengentengkan. Aku tahu Ocha pasti ada di kedai Es Cendol 666 ini, karena tak bisa dipungkiri lagi semua petunjuk mengarah pada kedai ini. Freddy yang meninggal 6 tahun yang lalu adalah salah satu angka 6. Jumlah huruf nama Freddy yang berjumlah 6 juga merupakan angka 6 kedua. Tapi angka 6 ketiga aku masih bingung.

“Yang angka 6 ketiga apa, Cha?” tanyaku. “Aku kan lahir tahun 1996!” ucap Ocha terkekeh lagi. Temanku yang satu ini memang pintar membuat teka-teki! “Tapi Cha, kalau kamu tidak menaruh es cendol di makam Freddy, aku pasti tak akan tahu kamu dimana!” kataku disambut senyum oleh Ocha. “Tapi sebenarnya Freddy itu nama sepupuku yang aku suruh buat kasih petunjuk ama kamu lho!” ujarnya lagi. Siang ini aku dan Ocha menikmati es cendol sambil membaca buku-buku kami. Lega rasanya.

(Banyuwangi, 15 Mei 2009)

SAHABAT (The Biggest Bullshit)

Apapun yang terindah…

Sahabat adalah segalanya…

Dalam suka dan duka kita selalu bersama…

“Sahabat adalah yang tak meragu, selalu berbagi, selalu peduli dan saling mengerti”

Aku mengerling padanya, dia malah cekikikan tiada henti. Aluna adalah panggilanku kepadanya. Tinggal 5 menit lagi ulangan matematika akan berakhir. Aku memeriksa kembali jawabanku, mungkin ada yang salah. Kali ini aku bertaruh dengan Aluna, siapa yang nilainya terbesar, akan menjadi bos selama 3 hari. Ah, aku bakal kalah telak nih! Siapa sih yang bisa mengalahkan Aluna si jago matematika itu! Yup, akhirnya waktu ulangan berakhir juga, aku langsung beranjak menuju ke kantin “Kejujuran” bersama Nay. “Nanti aku nyusul,” ujar Aluna. Aku agak cemas, nggak biasanya Aluna berlari meninggalkanku begitu saja.

“Tadi sulit gak sih? Kalau kataku gak begitu tuh!” tanyaku pada Nayla. “Ya mau gimana lagi, kamu tahu kan aku paling gak bisa matematika!” jawab Nayla. Tiba-tiba Yuza datang membawa secarik kertas, “Dari Aluna,” bisiknya pelan. Ku baca isi surat itu. ‘Za, adikku sakit. Nanti pulang sekolah aku langsung ke rumah sakit. Sorry ya gak bisa ikut ke planetarium.’ Begitulah isi suratnya. “Nay, sorry aku harus buru-buru ke Aluna,” ujarku pada Nayla. “Salam aja ya Za!” ujar Nay melepas kepergianku.

Darah! Pekikku terkejut melihat tetesan darah di bawah kursi Aluna saat pulang sekolah. Kini aku tahu apa yang terjadi padanya. Aku segera mencarinya, ternyata dia ada di bawah pohon beringin. Aku tak langsung memanggilnya, namun kuperhatikan dia sejenak. “Sahabat adalah yang tak meragu, selalu berbagi, selalu peduli dan saling mengerti,” aku menyebutkan slogan persahabatanku dengan Aluna. Dia masih belum mau memandangku. Eh, dia malah cekikikan.

“Happy birthday Za!” ujar Aluna sambil diikuti siraman tepung terigu dari belakangku. “Happy birthday!!!” ujar banyak suara dari belakangku. “Kalian ini!!!” ujarku geram. “Sahabat adalah yang tak meragu, selalu berbagi, selalu peduli dan saling mengerti, tak lupa menjahili. Hihihi!” ujar Aluna sembari menumpahiku tepung. “Sorry hari ini aku udah bohongin kamu, tapi semoga ini berkesan bagimu, peace!” ujar Aluna sambil melempariku dengan telur mentah, lalu kabur. “Aluna!!!” teriakku sambil mengejarnya.


(Banyuwangi, 21 Augustus 2009)

Rabu, 24 Agustus 2011

Introduction

Hay, I'm Annisaa :D

(Annisaa, double N triple A)

Entri pertama, mungkin perkenalan dulu ya.
Sebenernya udah luaaama bikin blog ini, tahun 2009 ._.
Cuma yaa itu, males eh bingung mau diisi apa hehehe.

Okay, so

WELCOME TO MY BLOG! \^o^/


Banyuwangi, 24 Agustus 2011
With ♡, Ann