BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Minggu, 30 Oktober 2011

Masuk Penjara o_o


Mendengar kata penjara membuat sebagian orang bergidik ngeri. Namun, reaksi itu berubah ketika kata Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) yang terlontar. Sebenarnya penjara dan lapas sama saja, sebagai tempat tinggal para narapidana. Setelah berkunjung ke Lapas Banyuwangi pada hari Jum’at (21/10), saya dan teman-teman mendapat informasi lebih banyak mengenai Lapas Banyuwangi.
Bangunan lapas yang berlokasi di Jalan Letkol Istiqlal nomor 59 tampak biasa saja dari luar. Untuk masuk, semua orang harus melewati sebuah pintu besar peninggalan Belanda. Suasana di dalam lapas cukup nyaman. Kami dikumpulkan dalam suatu ruangan kecil untuk mendengar sambutan-sambutan dan pengarahan.
Lapas Banyuwangi termasuk golongan IIb, biasanya terdapat di Kabupaten/Kota. Ironisnya, kapasitas Lapas IIb  yang seharusnya diisi 260 narapidana, saat ini dihuni oleh 987 napi. Namun situasi dan kondisi di Lapas Banyuwangi belakangan ini lebih baik setelah didirikannya Pondok Pesantren At-Taubah. Para napi juga diberi bekal-bekal keterampilan agar saat kembali ke masyarakat tidak susah mencari kerja. Penyelenggaraan Lapas Idol, Duta Lapas serta pembentukan Kapok Band menjadi nilai plus tersendiri. Sehingga, tak heran jika Lapas Banyuwangi menjadi salah satu lapas percontohan.
Saat itu kami juga berbincang dengan Bapak Andah Wibisono, salah seorang narapidana kasus narkoba. Beliau dulunya termasuk orang sukses, namun setelah berteman dengan narkoba, seluruh kesuksesannya kandas. Ketika Pak Wibisono memohon kepada kami agar jangan pernah bergaul dengan narkoba, suasana menjadi hening. Narkoba adalah jalan tercepat menuju neraka. Sia-sialah hidup ini jika dari awal jalan yang kita tempuh sudah salah.
Kemudian, kami diperbolehkan mengelilingin lapas. Di dalam lapas ada beberapa blok yang dibatasi oleh kawat kasa raksasa. Di dalam blok ada kamar-kamar tahanan untuk para napi. Blok untuk napi wanita dan pria dipisah. Blok napi pria masih digolongkan lagi, berdasarkan kasus dan umur. Saya cukup terenyuh saat melewati blok anak yang berisi narapidana dibawah 18 tahun. Mereka yang seharusnya menimba ilmu dan pengalaman hidup, malah terisolir di dalam lapas.  Meski kita diberikan makan tiga kali sehari, tentunya atmosfer kehidupan bebas dan atmosfer di dalam lapas amat jauh berbeda.
Akhirnya, durasi kunjungan kami berakhir. Ketika saya keluar dari pintu raksasa, hawa yang terasa memang berbeda. Mungkin itulah yang dirasakan oleh narapidana yang masa tahanannya telah berakhir. Mereka laksana burung yang bebas dari sangkar dan siap untuk bercicit ria lagi.


Selamat Malam! Ann

0 comments: